Keutamaan Ibadah Puasa Ramadhan di Mekkah
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang diistimewakan dalam Islam, betapa tidak, segala amal ibadah yang dilaksanakan pada bulan tersebut mendapatkan pahala berlimpah. Jadi tidak mengherankan jika banyak orang Islam yang berlomba-lomba untuk melaksanakn ibadah bulan Ramadhan di tanah suci Makkah. Melewatkan bulan yang penuh berkah di tanah suci ibaratnya berada pada sebaik-baik waktu dan di sebaik-baik tempat.
Makna Puasa
Sebelum kita bahas lebih lanjut, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu makna kata Puasa.
Secara etimologi puasa berarti menahan atau mencegah dalam arti yang luas. Seperti menahan/ puasa bicara, puasa makan, puasa minum, puasa bekerja, dan sebagainya. Pada makna ini, al-Qur’an menggunakan istilah shaum (الصوم).
Secara terminologi, puasa berarti menahan diri dari segala hal yang ditentukan oleh syariat islam dari terbit fajar sampai terbenam matahari, berdasarkan aturan dan syarat tertentu. Inilah yang dimaksudkan dalam pengertian ibadah baik puasa wajib ataupun sunnah. Pada makna ini, al-Qur’an menggunakan istilah shiyam (الصيام)
Puasa Bagian dari Rukun Islam
Rukun berarti pondasi yang mengokohkan tegaknya suatu bangunan. Puasa merupakan satu di antara lima rukun yang mengokohkan pondasi Islam disamping syahadat, shalat, zakat, dan haji. Kelima pondasi ini dikenal dengan rukun Islam. Kuatnya keislaman seorang muslim akan ditentukan oleh kesungguhannya dalam menunaikan lima pondasi tersebut.
Esensi Puasa
Puasa ditujukan untuk membentuk karakter muslim bertakwa, yaitu muslim yang terpelihara dari segala dorongan perbuatan negatif. Keadaan inilah yang melahirkan kepribadian mulia yang terpancar dari pikiran, tutur, dan prilakunya. Esensi ini dalam al-Qur’an diungkapkan dengan kalimat yang singkat dan padat, la’allakum tattaquun (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ), agar kalian bertakwa.
Dalil Puasa Ramadhan
Kewajiban puasa Ramadhan ditetapkan pada hari Senin di bulan Sya’ban tahun kedua Hijrah, yaitu dengan turunny firman Allah swt berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa”. (QS A-Baqarah :183)
Juga hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu :
يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. [رواه مسلم]
Artinya: “… Ya Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam”, maka bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan engkau berhaji ke Baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanan ke sana”.” [HR. Muslim]
Keistimewaan Ramadhan
Di antara keistimewaan bulan Ramadhan adalah :
- Bulan Ramadhan bulan diturunkannya al-Qur’an dan waktu terjadinya lailatul qadar
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَا نِ
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……..” (QS Al-Baqarah : 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”. (QS. Al-Qadar :1)
- Pada bulan Ramadhan Allah hadirkan pahala berlipat atas setiap amal baik yang dikerjakan, di samping luasnya maghfirah dan keberkahan yang ditawarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Siapapun muslim yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan berharap pahala, maka diampuni segala dosa yang pernah ia kerjakan sebelumnya”. (HR al-Bukhari)
Syarat Puasa
3 Syarat utama bagi seorang muslim yang hendak menunaikan ibadah puasa, yaitu :
1. Syarat Wajib, yaitu ketentuan-ketentuan yang menjadikan seorang muslim wajib menunaikan puasa.
Syarat wajib puasa adalah :
- Baligh.
Sehingga tidaklah wajib seorang muslim berpuasa jika belum mencapai usia baligh
- Memiliki kemampuan.
Seorang muslim yang secara medis tidak mampu berpuasa tidaklah wajib menunaikannya, namun dapat menggantinya di hari lain (qadha). Bagi seorang muslim yang selama hidupnya diduga tidak mampu berpuasa dapat menebusnya dengan fidyah, yaitu memberi makan seorang miskinsebagai ganti setiap puasanya
2. Syarat Sah, yaitu ketentuan-ketentuan yang menjadikan seorang muslim dipandang berpuasa dan berpahala dalam ibadahnya. Berikut syarat sah puasa :
- Beragama Islam
Tidak sah puasa yang ditunaikan non muslim sekalipun ia tidak terlarang untuk menunaikannya
- Telah masuk waktu
Tidaklah sah puasa yang ditunaikan di luar waktu yang ditentukan, seperti puasa di malam hari, atau di hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan hari tasyriq
- Niat
Puasa dipandang sah bila diniatkan karena Allah subhanahu wata’ala
3. Syarat wajib dan sah, yaitu ketentuan-ketentuan yang menjadikan seorang muslim dipandang wajib dan sah menunaikan puasa, yaitu :
- Berakal sehat
Kewajiban puasa tidaklah berlaku bagi seorang muslim yang terganggu kesadaran akalnya, juga tidak sah bila ia mencoba menunaikannya hingga kembali sehat dan sadar sepenuhnya
- Suci dari haid dan nifas
Seorang muslimah yang belum suci dari haid dan nifas tidaklah wajib berpuasa, juga tidaklah dipandang sah bila ia mencoba menunaikannya.
Klik –> Info Biaya Umroh Ramadhan
Keutamaan ibadah puasa di Mekkah
Tak mengherankan, jika kepadatan Masjidil Haram di bulan Ramadhan lebih ramai dibanding waktu bulan haji. Hal itu disebabkan mereka yang beri’tikaf di Masjidil Haram Masjid Nabawi. Sebenarnya apa fadhilah dan keutamaan yang mereka dapatkan ketika berada di Tanah Suci ketika Bulan Ramadhan?
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendapati bulan Ramadhan di Makkah, lalu berpuasa secara utuh dan melakukan shalat malam pada beberapa malamnya, maka Allah akan mencatat untuknya seratus ribu bulan Ramadhan selain di Makkah. Dia juga akan mencatat satu kebajikan tiap siang hari, dan satu kebajikan tiap malam hari.”
“Allah akan memberi pahala sama dengan pahala memerdekakan seorang budak tiap siang hari, dan seorang budak lagi tiap malam hari, juga dua barang bawaan kuda di jalan Allah tiap siang hari dan dua barang bawaan kuda di jalan Allah tiap malam hari.”
Di antara amalan yang memiliki pahala berlipat ganda adalah memperbanyak shalat di dua tempat suci, yaitu di Masjid al-Haraam dan Masjid Nabawi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ
“Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik daripada 1000 shalat di masjid lainnya kecuali di Masjid al-Haraam. Shalat di Masjid al-Haraam lebih baik daripada 100.000 shalat di masjid yang lain.” (Shahih. HR. Ahmad).
Panduan Rasulullah Saw dalam mengisi Ramadhan
Rasulullah memotivasi dan mengarahkan umatnya agar memanfaatkan momentum Ramadhan dengan baik, serta mengisi hari-harinya sesuai dengan tuntunan Allah subhanahu wata’ala.
Berikut adalah intisari panduan yang dapat mewakili panduan Rasulullah dalam mengisi Ramadhan
Pertama : Memperbanyak Doa pada Allah Subhanahu wata’ala
Doa merupakan puncak ikhtiar seorang hamba sekaligus gerbang utama yang menandai sikap tawakkal insan beriman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pada umatnya agar memperbanyak doa menjelang kedatangan Ramadhan, serta memohon dengan tulus agar Allah memberi kekuatan dan kelapangan saat beribadah di bulan ini.
Rasulullah diriwayatkan pernah berdoa saat memasuki bulan Rajab dan Sya’ban agar diberkahi di bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ
Artinya : “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan berkahilah kami di bulan Ramadhan“. (HR Ahmad 1/259)
Pada awal masuknya Ramadhan, saat hilal sudah terlihat yang menandai awal Ramadhan pun Rasulullah berdo’a.
Sebagaimana hadist yang disampaikan Imam at-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda :
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالإِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُاللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالإِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ
Artinya : “Ya Allah hadirkanlah awal Ramadhan kepada kami dengan penuh kedamaian, kekuatan iman, keselamatan, dan kekuatan Islam. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah“. (HR at-Tirmidzi)
Sedangkan pada malam-malam Ramadhan terutama 10 malam terakhir, sebagaimana sayyidah ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bacaan apa yang diucapkan pada malam Lailatul Qadr, sebagaimana riwayat sayyidah ‘Aisyah sebagai berikut :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya : “Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN…”. (HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan Al-Baihaqi dalam Syua’bul Iman 3426. Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani)
Kedua : Menyiapkan Fisik yang Prima dan Mental yang Istiqomah
Fisik prima yang ditenun oleh mental istiqomah merupakan bekal utama dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Rasulullah mengisyaratkan persiapan ini dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagai latihan untuk beradaptasi dengan puasa Ramadhan.
Sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha menyampaikan bahwa beliau tidak pernah melihat baginda Rasulullah memperbanyak puasa sunnah selain di bulan Sya’ban.
Ketiga : Memantapkan Niat yang Paripurna
Niat adalah bukti kesungguhan insan beriman dalam menunaikan ibadah puasa. Rasulullah menghimbau seluruh umat Islam agar menyambut kedatangan Ramadhan dengan niat ibadah yang tulus. Bahkan, kebeningan niat seorang hamba dalam mengarungi Ramadhan akan melahirkan ampunan bagi kesalahan yang telah ia perbuat.
Rasulullah bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Siapa saja yang menunaikan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan ketulusan meraih pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau“. (HR. Bukhari)
Keempat : Merencanakan Agenda Ramadhan
Esensi puasa tidak terletak pada kesanggupan untuk menahan lapar dan dahaga semata, terlebih bila disertai dengan banyaknya tidur yang tak beraturan. Tidaklah heran bila Rasulullah mengingatkan kita belasan abad lampau, Dalam Hadist Rasulullah yang artinya :
“Barangkali orang yang puasa tidak meraih apapun dari puasanya selain lapar, dan yang shalat malam tidak meraih apapun dari shalatnya selain begadang“. (HR. Ibnu Majah)
Hadist ini merupakan pesan nabawi bagi pengikut Rasulullah di kemudian hari agar mengisi setiap detik Ramadhan dengan ibadah yang penuh makna. Hal ini lebih tertata bila direncanakan dengan baik sebelum Ramadhan tiba. Setiap diri dapat menyiapkan agenda yang akan digiatkan pada bulan Ramadhan, menempatkannya di antara waktu-waktu strategis, kemudian mengumpulkan tekad untuk melakukannya secara konsisten.
Berikut beberapa aktifitas ibadah yang amat ditekankan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Memperbanyak interaksi dengan al-Qur’an
Dapat berupa : membacanya dan melakukan kajian terhadap kandungan makna al-Qur’an. Puncak tertingginya adalah menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an.
Manfaat mengkaji kandungan al-Qur’an :
- Meraih petunjuk rabbani
- Menambah kekuatan iman
- Meningkatkan ketaatan
- Melarutkan jiwa dalam memaknai keutamaan Ramadhan hingga teraih rahasia rabbani tentang penurunan al-Qur’an di bulan Ramadhan. Sebagaimana Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 185 yang artinya :
“Bulan Ramadhan, yang telah diturunkan al-Qur’an pada bulan ini sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas atas petunjuk itu, dan pembeda antara yang hak dan bathil)…”
Menggiatkan sedekah
Sedekah merupakan rangkaian agenda Ramadhan yang menjadi rutinitas Nabi. Sedekah mencakup aneka kebaikan yang mungkin dilakukan setiap muslim dari berbagai kalangan. Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, dapat bersedekah sekalipun dengan segelas air, ataupun hanya dengan senyuman.
Banyak menebar kebaikan
Bulan Ramadhan ialah waktu bazar pahala yang ditebar Sang Pencipta secara gratis dalam aneka stand kebaikan. Cukup datang dan mencoba, anda dipastikan meraih berbagai pahala menarik dan berlipat ganda tanpa harus “membeli”. Bahkan, niat tulus anda untuk berkunjungpun telah menambah pundi-pundi pahala, sekalipun belum memiliki kesempatan untuk mencobanya.
Yuuuk, siapkan agenda kebaikan yang akan kita tebar di bulan Ramadhan ini.
Memperbanyak doa
Di antara keutamaan Ramadhan adalah terkabulnya doa yang dipanjatkan secara tulus pada saat-saat tertentu di bulan ini. Keutamaan ini juga dikuatkan dengan hadirnya ayat “pengabul doa” di antara rangkaian ayat puasa, yang menyiratkan bahwa doa merupakan aktifitas yang tak boleh terlewatkan di bulan Ramadhan.
Allah berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya : “Dan bila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentangKu, maka (jawablah), bahwa Aku amatlah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi (segala seruanKu) dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran“. (QS. al-Baqarah : 186)
Kiranya, mukmin yang berpuasa akan merugi bila tidak memiliki agenda doa di bulan Ramadhan. Tumpahkanlah keinginan Anda (baik keinginan dunia maupun akhirat) pada waktu dan momentum terbaik di bulan ini, dengan permohonan yang tulus nan halus. Semoga Allah mengabulkan setiap keinginan, memudahkan prosesnya, dan memberkahi hasilnya.
Mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata’ala
Puasa hanya untuk Allah dan hanya Dialah yang menilai dan memberi pahala. Detik-detik dalam Ramadhan menjadi momentum paling berharga untuk menghadirkan ar-Rahman sekaligus mendekat padaNya. Jadikanlah Ramadhan sebagai peluang untuk semakin mengenal Allah, mendekat padaNya. Upaya pendekatan ini harus semakin intens dilakukan khususnya pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengisi hari-hari ini dengan i’tikaf di masjid.
Renungan
Mari kita buat perbandingan…
Jika setiap hari kita membiasakan diri melaksanakan shalat sunnah rawatib di Indonesia, hasilnya setiap tahun jumlah raka’at yang dikerjakan mencapai 12 x 360 = 4.320 raka’at. Namun, shalat 2 raka’at yang dikerjakan di Masjid al-Haraam setara dengan 200 ribu raka’at shalat di masjid lain. Hal ini berarti kita membutuhkan waktu sekitar 46 tahun (200.000 : 4.320 = 46,30) untuk memperoleh pahala shalat 200.000 raka’at di negeri sendiri. Dengan catatan, kita rutin dan sempurna melaksanakan shalat sunnah rawatib tersebut setiap hari.
Perbandingan lain, seandainya kita mengerjakan shalat 10 raka’at di Masjid al-Haraam, di mana waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari setengah jam, maka insya Allah bagi kita akan dicatat pahala sebanyak 1.000.000 raka’at shalat yang dikerjakan di negeri sendiri. Padahal butuh waktu selama 46,3 x 5 = 231,5 tahun untuk mengerjakannya.
Itulah Keutamaan Ibadah Puasa Ramadhan di Mekkah. Oleh karena itu, salah satu karunia yang harus dimanfaatkan dengan baik adalah ketika diberi kelapangan untuk mengadakan perjalanan ke Tanah Suci, hendaknya kesempatan tersebut diisi dengan memperbanyak ibadah terutama shalat mengingat keutamaan yang sangat besar telah disediakan bagi mereka yang mengerjakan.
Adapun kegiatan selain ibadah seperti menghabiskan waktu di pusat-pusat perbelanjaan, wisata religi ke situs-situs bersejarah, yang tidak memiliki keutamaan sebagaimana disebutkan dalam dalil yang valid sebaiknya ditinggalkan sehingga waktu tidak berlalu tanpa makna dan usia berkurang tanpa manfaat.
Wallahu a’lam.